Challenge dan Upaya Anti-mainstream Generasi Penerus

Challenge dan Upaya Anti-mainstream Generasi Penerus

generasi penerus
Ditulis oleh : Ijal Fauzi
Pada : Kamis, 9 Mei 2013

Anugerah Sang Khalik

Berpijak dipermukaan Bumi dengan nyaman merupakan salah satu anugerah terbesar yang diberikan Sang Khalik. Dengan sedemikian rupa, Dia menciptkan manusia dengan akal dan pikiran yang menjadikan manusia sebagai makhluk paling sempurna dimuka bumi. Dengan keadilan-Nya pula, Dia memfasilitasi manusia dengan alam yang berisikan sumber daya yang berlimpah agar manusia dapat bertahan hidup dan memenuhi kebutuhannya. Dari segala hal yang dianugerahkan Sang Khalik kepada manusia itulah diharapkan akan terjadi keseimbangan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.

Dewasa ini, manusia bisa dibilang cukup berhasil dalam usaha pemenuhan kebutuhannya. Kemajuan diberbagai sektor seperti sektor industri, pendidikan, informasi dan teknologi telah nampak jelas terlihat. Namun, dari segala keberhasilan yang telah dicapainya, masih ada hal yang sering kali terlupakan oleh manusia, terlupakan oleh kita. Apa itu? Menjaga keseimbangan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.

Lingkunganku, Sapi Perahku

Lingkungan seakan-akan adalah sapi perah kita yang terus diarah susu dan dagingnya namun tidak diberi makan, yang lambat laun akan semakin lemah dan saat sapi itu sudah tidak dapat bertahan maka matilah dia. Begitupula dengan lingkungan, lingkungan kita. Kita lebih sering memanfaatkan hasil alam yang kenyataannya adalah lingkungan kita sendiri tanpa memperhatikan kelestariannya. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan tujuan Sang Khalik yang menjadikan manusia hidup berdampingan dengan alam agar terjadi hubungan yang saling menguntungkan diantara keduanya. Bahkan telah jauh dari kata sesuai, banyak sekali “kejahatan” yang dengan sadar ataupun tidak, telah kita lakukan kepada alam yang telah menyediakan segalanya untuk kita. Penggundulan hutan, pembalakan liar, pembuangan limbah pabrik dan kejahatan yang paling mudah dilakukan, yaitu membuang sampah sembarangan.

Klik Disini!

So, what's the case?

Dari sekian banyak “kejahatan” yang kita lakukan terhadap alam, salah satu yang paling saya perhatikan adalah penggunaan Styrofoam. Styrofoam sudah tidak asing lagi bagi kita, selain dimanfaatkan untuk casing barang-barang yang breakable dan fragile seperti barang elektronik, penggunaan Styrofoam lebih sering kita temui sebagai pembungkus makanan cepat saji seperti bubur ayam, nasi goreng, batagor, burger dan lain-lain. Makanan dengan Styrofoam sebagai “pembalut”-nya seakan terlihat lebih nikmat, aman, mahal dan elegan. Padahal dibalik itu semua, akan ada masalah besar yang ditimbulkan akibat penggunaan styrofoam.

Styrofoam atau foamed polystyrene adalah polimer yang terbentuk dari monomer stirena. Karena sifatnya yang ringan, tahan bocor, murah dan dapat menjaga suhu makanan didalamnya dengan baik inilah yang menjadi alasan para pedagang memilih styrofoam sebagai “pembalut” makanan yang dijualnya. Semua ini tetap karena 3 kata “murah, mudah dan menarik”. Mengerikan saat saya mengetahui dari materi yang saya pelajari di smester 4 tentang polimer bahwa polistirena sangat berbahaya, tidak hanya berbahaya bagi manusia tetapi juga bagi lingkungan.

Makanan yang Umumnya Berbalut Styrofoam

Dampaknya Bagi Tubuh

Saat kita membeli nasi goreng atau bubur yang panas, lalu dibalut dengan styrofoam, materi penyusun styrofoam seperti benzen dan stiren akan bereaksi dengan makanan yang dimasukan kedalamnya. Uap panas dari makananpun membantu reaksi itu semakin cepat terjadi sehingga makanan itu akhirnya tercemar, dan siap kita santap. Bahan kimia yang telah mengkontaminasi makanan kita tadi akan masuk kedalam tubuh kita. Akibat yang ditimbulkan bahan berbahaya tersebut diantaranya : penurunan produksi sel darah merah yang kita tahu bahwa sel darah merah sangat dibutuhkan untuk mengangkut makanan dan oksigen ke seluruh tubuh dan dapat menyebabkan terjadinya kanker.

Dampaknya Bagi Lingkungan

Tidak kalah dengan bahayanya bagi manusia, styrofoam juga menjadi momok yang mengerikan bagi lingkungan kita. Jika plastik membutuhkan sekitar 500 tahun untuk dapat terurai, lain halnya dengan styrofoam. Styrofoam sulit bahkan tidak akan pernah dapat terurai. Bayangkan ! Jika penduduk Kota Bekasi ada 500 orang saja, dalam sehari 3 kali menyantap makanan cepat saji dengan wadah styrofoam, maka “sampah abadi” yang dihasilkan adalah 1.500 dalam sehari, 10.500 dalam seminggu, dan 45.000 dalam sebulan. Apa jadinya bila seluruh orang Jawa Barat menggunakan styrofoam, Pulau Jawa, Indonesia, Asia dan seluruh orang di Bumi? Berapa banyak tumpukan styrofoam Si Sampah Abadi itu akan terkumpul? Sepertinya akan cukup untuk menggantikan daratan dan lautan menjadi hamparan styrofoam yang luas.

Show Your Ideas!

Bila sampah abadi ini menumpuk, maka akan terus seperti itu keadaannya, merusak pemandangan dan mencemari lingkungan. Bila sampah ini mengalir ke laut, maka akan mengganggu kehidupan biota laut. Mungkin sebagian ada yang beranggapan, “ah! Kan bisa di daur ulang”. Memang benar ada pendaur ulangan sampah, tapi untuk styrofoam sepertinya tidak semudah itu. Kalaupun ada cara mendaur ulangnya, pasti dibutuhkan adanya teknologi tinggi untuk dapat mengelolanya, dan inilah challenge kita sebagai generasi penerus untuk dapat melahirkan inovasi dan ide cemerlang berupa “teknologi hijau” untuk bisa menyelamatkan bumi, tempat tinggal kita semua. Memanfaatkan kulit jagung sebagai bahan baku utama untuk membuat wadah makanan cepat saji, hahaha itu hanya gagasan iseng saya yang belum ada realisasinya. Tetapi, jika itu baik, why not?

Mainstream?

Karena menggunakan styrofoam sudah terlalu mainstream, mari kita menjadi pribadi anti-mainstream dalam hal ini dan temukan solusi untuk kehidupan yang lebih baik, untuk menyelamatkan semua, untuk bisa mewariskan bumi yang indah kepada anak dan cucu kita nanti. Kurangi, dan lebih baik lagi hilangkan kebiasaan menggunakan styrofoam mulai sekarang. Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mengurangi dampak masalah styrofoam ini, diantaranya : menjadi bekel-er (membawa bekal makanan dari rumah) bagi pelajar untuk meminimalisir pembelian jajanan yang menggunakan styrofoam, menolak apabila penjual makanan cepat saji membungkus makanannya dengan styrofoam (bila ada kertas pembungkus makanan, maka pilihlah), makan makanan cepat saji langsung ditempat si penjual untuk menghindari penggunaan wadah styrofoam dan masih banyak lagi.

Karena menjadi bekeler lebih baik daripada jajan makanan dengan wadah styrofoam. Karena membuang sampah sembarangan sudah terlalu mainstream. Karena menjaga keindahan dan kebersihan lingkungan sekitar adalah perbuatan mulia. Karena :

Ini

Lebih baik daripada

Ini

Kesimpulan

Memanfaatkan alam tentu saja bukan sebuah kesalahan, karena memang sudah seyogyanya alam menyediakan apa-apa yang kita butuhkan. Tetapi, jika pemanfaatan itu berlebihan dan tidak diiringi dengan kebijaksanaan untuk menjaga, mencintai dan merawat alam, sepertinya itu adalah kesalahan yang besar dan fatal, karena hingga saat ini belum ada sejarah yang mengatakan ada tangan manusia yang dapat menciptkan alam sendiri untuk kehidupannya. Mari, kita buat inovasi dan gagasan baru dan jadilah generasi anti-mainstream dalam hal ini, untuk menyelamatkan bumi kita.

"Manusia boleh saja merusak lingkungan, asalkan manusia siap untuk hidup tanpa berpijak diatas tanah."
Klik Disini!

Didedikasikan untuk mengikuti Science and Techno Competition
© 2013 - Highlight Envire (Tentang blog ini)